Langsung ke konten utama

UN, Ooh EN..

Kalau Desember 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) disibukkan oleh urusan Kurikulum (K13 dan KTSP 2006), sepertinya Januari 2015 akan diselimuti oleh issu Ujian Nasional (UN) setelah beberapa waktu lalu, mendikbud mewacanakan Ujian Nasional diganti menjadi Evaluasi Nasional.

Foto :belajarpsikologi.com

Meski belum merinci mekanismenya, mendikbud Anies Baswedan menginginkan agar pelaksanaan Ujian Nasional atau pun Evaluasi Nasional Pendidikan itu lebih berperan sebagai pemetaan, bukan sebagai penentu kelulusan.

Menyikapi keinginan tersebut (sebenarnya juga merupakan keinginan hampir semua kalangan pendidik yang sejak lama telah disuarakan namun tidak pernah ditanggapi), Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sudah rampung membuat standar operasional prosedur (SOP) Ujian Nasional (Unas) 2015. Di antara isinya adalah kelulusan siswa ditetapkan berdasarkan hasil ujian sekolah. Itu berarti bahwa kemerdekaan "guru" kembali digagas sebagai penentu yang sejatinya memang lebih kenal siswanya dibanding mereka yang jauh di atas awan (elite birokrat)

Setiap orang yang melek dan tidak dibutakan oleh "ambisi-ambisi nyeleneh" tahu betapa Ujian Nasional selama ini lebih banyak mudharatnya dibanding manfaat. Mulai dari pemborosan anggaran negara, kecurangan sekolah dan pemerintah daerah, pengekangan kemerdekaan guru, sampai pada sikap dan kompetensi peserta didik yang hanya berkutat soal itu-itu saja, jelas menimbulkan kerugian yang tidak main-main.

Selama ini hampir semua sekolah melakukan berbagai upaya terobosan, hingga dinamika belajar mengajar di dalam kelas pun berubah. Karena tagihan di masa akhir belajar berupa ujian nasional sangat menentukan, maka seluruh energi pun dicurahkan dalam upaya mengasah kemampuan menjawab soal-soal ujian nasional yang umumnya bersifat pilihan ganda. Tradisi drilling dengan melahap puluhan bahkan ratusan soal seusai jam sekolah dan berbagai tips atau jalan pintas menjawab soal pun muncul, sesubur tumbuhnya bimbingan belajar yang menawarkan jurus untuk lulus ujian nasional.

Bahkan di sekolah-sekolah yang melakukan "kecurangan berjam'ah" dan transparan, efek langsungnya adalah siswa sama sekali tidak lagi menghargai apapun dari guru, karena mereka tahu bahwa nasibnya lebih ditentukan oleh "tim sukses UN Sekolah" dan Lembaga Bimbingan Belajar. kalaupun ada, penghargaan siswa lebih terbatas pada guru-guru pengampu mata pelajaran UN semata.

Bakat, minat, potensi individu pun rawan terbenam oleh tujuan lulus ujian. Sejak duduk di kelas III SMP atau SMA, bahkan sejak masuk tahun ke-2, murid sudah mempersiapkan diri untuk ujian nasional. Dan yang paling dikorbankan dalam proses belajar mengajar model drilling ialah kemampuan analisis dan literasi. Padahal, kemampuan membaca dan menulis serta bahasa merupakan modal dasar individu belajar beragam ilmu lain.

Oleh karena itu, apapun nanti namanya, UN-UNAS, EN, ENAS dll, ada satu harapan besar yang tetap diusung oleh para pendidik, yakni kembalinya supremasi pendidikan ke tangan-tangan terampil para pejuang tanpa tanda jasa. Semoga

http://wasdikmad.blogspot.com/2015/01/un-ooh-en.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kekeraasan Verbal dan Krisis Kesantunan

Di salah satu blog saya yang lain, saya pernah memposting sebuah artikel tentang Kekuatan Kata-Kata, bagaimana ia mampu merubah rasa empaty, membangkitkan semangat, menopang kekuatan diri, juga sebaliknya mampu menjadi mesin penghancur mimpi. Image : intisari-online.com Terkait dengan efek negatif Kekuatan Kata-Kata tersebut, kali ini sebuah artikel karya Rahmi Yulia, seorang Duta Bahasa Nasional sengaja saya pilihkan buat para reader untuk melihat betapa Kesantunan yang dulunya melekat sebagai jati diri bangsa Indonesia, kini tengah dilanda krisis yang hebat, ditandai dengan maraknya kekerasan verbal di area publik. OK, langsung aja di cekidot, check it out maksudnya :) I. PENDAHULUAN Sejak sekolah dasar, guru di Indonesia pada umumnya telah memberitahu bahwa bahasa menunjukkan bangsa. Slogan ini membutuhkan deksripsi dan narasi yang argumentatif. Bahasa pada ungkapan bahasa menunjukkan bangsa mengacu pada dua hal: pertama bahasa itu sendiri dengan seg...

Sekali Membentak Ribuan Sel Otak Anak Rusak

"Tahukan Anda di dalam setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga.” Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot, berkesimpulan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah. Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monit...

Penegasan mendikbud Soal UN 2015 (Tunggu Permen)

walaupun belum dinyatakan secara utuh dalam sebuah Peraturan Menteri , hasil kelulusan Ujian Nasional tahun 2015 dipastikan 100% ditentukan oleh masing-masing sekolah. Diharapkan sekolah berlaku jujur untuk kepentingan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Image : visiuniversal.blogspot.com "Pelaksanaannya (UN) tetap. Hasilnya saja yang ditentukan oleh pihak sekolah masing-masing," kata Anies pada acara Seminar Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 di Medan seperti dilansir dari Antara, Sabtu (10/1). Anies mengatakan, meski hasil kelulusan UN sudah dinyatakan ditentukan 100 persen oleh sekolah, detail lainnya seperti soal UN masih dibahas. "Sekarang ini yang sudah saya nyatakan adalah soal keputusan bahwa hasil kelulusan UN 100 persen akan ditentukan masing-masing pihak sekolah. Sedangkan detail lainnya, 10 hari lagi akan saya umumkan karena masih dalam tahap pembahasan," katanya. Menurut dia, soal kejujuran hasil UN perlu mendapat perhatian besar...