Langsung ke konten utama

TPG, Kualitas Pembelajaran dan Gaya Hidup

Salah satu tujuan pemberian Tunjangan Profesi Guru atau yang lebih sering disebut sertfikasi adalah agar guru mampu berkonsentrasi dalam mengajar di kelas tanpa dibayangi dengan urusan-urusan lain seperti urusan utang-piutang karena kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Selain itu, dana yang diberikan sebanyak gaji pokok pns ini seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menunjang kelancaran proses belajar-mengajar, seperti pengadaan media pembelajaran, buku penunjang dsb.
Foto : dangstars.blogspot.com
Namun dalam realitanya, adanya tunjangan sertifikasi ternyata membuat beberapa guru mengalami peningkatan gaya hidup. Tak sedikit guru yang memanfaatkan pemberian tunjangan sertifikasi untuk mengambil kredit mobil dan barang-barang mewah sehingga guru tetap saja disibukkan dengan urusan utang-piutang. Sementara kemampuan mengajarnya tetap mengandalkan gaya kuno yang sangat membosankan dan yang bersangkutan tetap gagap teknologi (Gaptek)

Sebagai sosok yang diguGU dan ditiRU, terutama di kalangan siswa sekolah dasar anak didik cenderung lebih percaya guru dibandingkan dengan orang tuanya sendiri, gaya hidup mewah sejumlah guru banyak dikeluhkan para orang tua. "Bagaimana akan mengajarkan anak hidup sederhana jika gurunya saja bergaya hidup mewah seperti itu?" keluh salah seorang wali murid.

Saya sendiri pernah menyaksikan seorang teman, mengaku sedang tidak punya uang, tetapi ketika teman lainnya memamerkan gadget barunya, segera saja teman pertama tadi mendatangi counter layanan kredit elektronik terdekat dan langsung mengikat kontrak untuk memiliki gadget yang sama.

Foto : 1491medan.blogspot.com
Aneh memang, tapi itulah Indonesia kita. Bukan disebabkan tingkat ekonomi rata-rata yang sudah mapan atau lebih dari mapan. Namun, gaya hidup mewah di sini lebih disebabkan oleh kecendrungan sifat hidup konsumtif. Seringkali rasa gengsi dan ingin dipuji adalah motif utama dibalik gaya hidup mewah ini. Sehingga wajar bila perusahaan-perusahaan elektronik, furniture, properti dan otomotif dunia menjadikan negeri ini sebagai ladang garapan yang mengasikkan.

Kalau sedikit melirik ke atas, negeri yang masih patron-client ini memang sangat diwarnai oleh kehidupan para petinggi, pejabat dan pesohor-pesohor negeri, termasuk para selebritas. Gaya hidup mereka sepertinya menjadi tolak ukur bagi masyarakat yang masih didik dalam "kebodohan" ini. Di tambah media masa elektoronik maupun cetak yang senagaja mengekspos kehidupan borjuis dan hedenois mereka demi ratting dan arus iklan.

"Rumput tetangga memang selalu tampak lebih hijau", namun hendaknya jangan pula lupa "untuk mengukur bayangan setinggi badan". Sebab bila tetap dipaksakan, berbagai perbuatan tercela akan lahir demi memuaskan kehendak yang sebenarnya bukan kebutuhan itu. Hampir semua pelaku tindak kejahatan keuangan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak benar ini.

Makanya, terlepas dari kontroversi memahami materinya, Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Yuddy Krisnandi No 13/2014 tentang Gerakan Hidup Sederhana hendaknya lebih disikapi secara bijak agar kehidupan lebih tenang dan jauh dari hutang. Hidup sederhana, sama sekali berbeda dengan hidup miskin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kekeraasan Verbal dan Krisis Kesantunan

Di salah satu blog saya yang lain, saya pernah memposting sebuah artikel tentang Kekuatan Kata-Kata, bagaimana ia mampu merubah rasa empaty, membangkitkan semangat, menopang kekuatan diri, juga sebaliknya mampu menjadi mesin penghancur mimpi. Image : intisari-online.com Terkait dengan efek negatif Kekuatan Kata-Kata tersebut, kali ini sebuah artikel karya Rahmi Yulia, seorang Duta Bahasa Nasional sengaja saya pilihkan buat para reader untuk melihat betapa Kesantunan yang dulunya melekat sebagai jati diri bangsa Indonesia, kini tengah dilanda krisis yang hebat, ditandai dengan maraknya kekerasan verbal di area publik. OK, langsung aja di cekidot, check it out maksudnya :) I. PENDAHULUAN Sejak sekolah dasar, guru di Indonesia pada umumnya telah memberitahu bahwa bahasa menunjukkan bangsa. Slogan ini membutuhkan deksripsi dan narasi yang argumentatif. Bahasa pada ungkapan bahasa menunjukkan bangsa mengacu pada dua hal: pertama bahasa itu sendiri dengan seg...

Sekali Membentak Ribuan Sel Otak Anak Rusak

"Tahukan Anda di dalam setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga.” Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot, berkesimpulan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah. Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monit...

Penegasan mendikbud Soal UN 2015 (Tunggu Permen)

walaupun belum dinyatakan secara utuh dalam sebuah Peraturan Menteri , hasil kelulusan Ujian Nasional tahun 2015 dipastikan 100% ditentukan oleh masing-masing sekolah. Diharapkan sekolah berlaku jujur untuk kepentingan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Image : visiuniversal.blogspot.com "Pelaksanaannya (UN) tetap. Hasilnya saja yang ditentukan oleh pihak sekolah masing-masing," kata Anies pada acara Seminar Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 di Medan seperti dilansir dari Antara, Sabtu (10/1). Anies mengatakan, meski hasil kelulusan UN sudah dinyatakan ditentukan 100 persen oleh sekolah, detail lainnya seperti soal UN masih dibahas. "Sekarang ini yang sudah saya nyatakan adalah soal keputusan bahwa hasil kelulusan UN 100 persen akan ditentukan masing-masing pihak sekolah. Sedangkan detail lainnya, 10 hari lagi akan saya umumkan karena masih dalam tahap pembahasan," katanya. Menurut dia, soal kejujuran hasil UN perlu mendapat perhatian besar...