Sejumlah pengamat, pemerhati dan pakar pendidikan sepakat bahwa memasuki abad 21 ini pendidikan itu secara esensial telah mengalami pergeseran atau perubahan paradigma yang mesti disikapi secara bijak dan adoptif oleh para guru. Jika tidak, pendidikan hanya akan jalan di tempat dan cenderung gagal memenuhi tuntutan perkembangan peradaban.
Pergeseran atau perubahan paradigma itu antara lain meliputi :
Dekonstruksi mindset atau penataan ulang pola pikir guru menjadi sangat urgens dalam konteks pendidikan sepanjang hayat. Sebab pergeseran dan perubahan paradigma pendidikan adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Akan sangat aneh bila zaman gini seorang guru masih berkutat pada kebenaran buku pegangannya secara leterleks (harus sesuai buku) sementara ribuan bahkan milyaran kebenaran lain ada disekeliling peserta didik yang dengan mudah mereka gapai hanya lewat sentuhan jemarinya.
Oleh karena itu, menjadi guru profesional tidak cukup hanya bermodalkan sekadar memnuhi kualifikasi pendidikan dan sertifikat pendidik. Seorang guru profesional juga harus memiliki soft skill dan kompetensi kepribadian yang utuh dengan menghayati prinsip mendidik sebagai panggilan hati nurani. Dia sang profesional adalah seorang enterpreneur yang memiliki self motivation, self growth, dan capability.
Sebagai seorang enterpreneur, guru profesional mutlak memiliki kemandirian yang memancarkan kepribadian, kewibawaan, kejujuran dan intelektulitas keilmuan yang mumpuni. Ia senantiasa harus dapat memotivasi diirinya untuk berkembang hingga memiliki kapabelitas yang memenuhi bahkan melampui standar kelayakan pendidikan minimal.
Akhirnya sesuai dengan Undang-undang sistem pendidikan nasional (UU sisdiknas) dan peraturan-peraturan pelaksanaannya, seorang guru Indonesia pada abad 21 ini diharapkan menjadi profil guru yang :
Foto : sejarahpendidikan1.blogspot.com |
Pergeseran atau perubahan paradigma itu antara lain meliputi :
- Perubahan dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat,
- Perubahan dari belajar berfokus pada penguasaan pengetahuan ke belajar berorientasi holistik,
- Perubahan citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke arah citra hubungan kemitraan,
- Perubahan dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan yang berfokus pada pendidikan nilai (spiritual, moral, etika, sosial budaya dan skill)
- Pergeseran dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buta teknologi, budaya, dan komputer,
- Pergeseran dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja (network) yang merubah konsentrasi eksklusifitas guru menjadi kompetitif dalam orientasi kerja sama.
Dekonstruksi mindset atau penataan ulang pola pikir guru menjadi sangat urgens dalam konteks pendidikan sepanjang hayat. Sebab pergeseran dan perubahan paradigma pendidikan adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Akan sangat aneh bila zaman gini seorang guru masih berkutat pada kebenaran buku pegangannya secara leterleks (harus sesuai buku) sementara ribuan bahkan milyaran kebenaran lain ada disekeliling peserta didik yang dengan mudah mereka gapai hanya lewat sentuhan jemarinya.
Oleh karena itu, menjadi guru profesional tidak cukup hanya bermodalkan sekadar memnuhi kualifikasi pendidikan dan sertifikat pendidik. Seorang guru profesional juga harus memiliki soft skill dan kompetensi kepribadian yang utuh dengan menghayati prinsip mendidik sebagai panggilan hati nurani. Dia sang profesional adalah seorang enterpreneur yang memiliki self motivation, self growth, dan capability.
Sebagai seorang enterpreneur, guru profesional mutlak memiliki kemandirian yang memancarkan kepribadian, kewibawaan, kejujuran dan intelektulitas keilmuan yang mumpuni. Ia senantiasa harus dapat memotivasi diirinya untuk berkembang hingga memiliki kapabelitas yang memenuhi bahkan melampui standar kelayakan pendidikan minimal.
Akhirnya sesuai dengan Undang-undang sistem pendidikan nasional (UU sisdiknas) dan peraturan-peraturan pelaksanaannya, seorang guru Indonesia pada abad 21 ini diharapkan menjadi profil guru yang :
- Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;
- Berbasis penguasaan ilmu yang kuat;
- Menguasai keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan
- Mampu melaksanakan pengembangan profesi secara berkesinambungan.
Komentar
Posting Komentar