![]() |
Image : belparktri.com |
Di tengah lajunya perputaran masa, kita perlu meluangkan waktu untuk merespon berbagai perubahan dalam hidup yang selama ini kita jalani. Melihat kembali keadaan diri dengan usia yang pada hakikatnya semakin berkurang. Melihat berarti mengevaluasi untuk kemudian merevisinya ke arah yang lebih baik.
Ini bukan pekerjaan yang mudah kala banyak yang tidak mau melihat kembali rekam jejak hidupnya, apalagi berfikir untuk merubahnya. Di butuhkan kesadaran yang mendalam untuk merespon semua itu. Kesadaran bahwa semua akan berakhir dan akan berbalas.
Kesadaran bahwa kita hanya akan mengetam apa yang kita tanam, Kesadaran bahwa kita sedang berpacu dengan waktu dan Kesadaran bahwa kematian lebih cepat datangnya dari semua angan-angan yang kita miliki.Kita tak boleh lengah sedikitpun, terbuai oleh kenikmatan sesaat, hingga hidup digerogoti usia dan sampai pada keadaan tak lagi bisa melakukan perubahan yang berarti, karena renta, atau karena usia yang memang sudah selesai waktunya.
Sahabat….Diusia kita yang entah berapa, sebaiknya kita bertanya, “Sudah sejauh mana kita melangkah? dan seberapa banyak bekal yang telah kita siapkan?
Ini bukan soal dimensi usia dimana seorang mengurutkan zaman produktifitasnya ke dalam fase yang tidak jelas: Kecil dimanja, muda foya-foya, kemudian bertaubat diusia senja. Tapi ini soal berdedikasi secara baik dan maksimal. Sebab pada akhir dan kesudahannya kita harus menyadari bahwa hidup adalah perlombaan mengejar surga dan menggapai keridhaan-Nya.
وَ لِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيْعًا إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Dan bagi tiap-tiapnya itu satu tujuan yang dia hadapi. Sebab itu berlomba-lombalah kamu pada serba kebaikan. Di mana saja kamu berada niscaya akan dikumpulkan Allah kamu sekalian.Sesungguhnya Allah atas tiap-tiap sesuatu Maha Kuasa.(QS.Al-Baqarah :148)
Demikian pula dalam menggapai ampunan dan surga, Allah azza wa Jalla menyuruh kita untuk bergegas:
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍۢ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَوَتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.”(QS: Ali’ Imran : 133).
Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan: “Ketika suatu kaum mendengar seruan,”Maka berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan”, juga seruan,”Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi disiapkan untuk orang-orang yang bertaqwa”, mereka memahami bahwa maksud dari ayat ini adalah, “hendaknya mereka bersungguh-sungguh agar setiap dari mereka menjadi pemenang menuju kemuliaan itu. Maka dahulu, perlombaan mereka pada tingkatan-tingkatan akhirat. Kemudian datanglah sesudah mereka kaum yang berlomba-lomba dalam hal-hal duniawi dengan segala bagiannya yang begitu cepat sirna”.(Lathaaiful maarif).
Dalam surat al Muthaffifiin, tatkala Allah menggambarkarkan kenikmatan penghuni surga, pada akhir ayat ke 26 Dia-pun menegaskan kepada kita agar melakukan perlombaan, sebagaimana tertulis: ”Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:
”Begegaslah kalian dalam melakukan amal shaleh, sebelum terjadi berbagai fitnah (yang datang) bagaikan potongan-potongan malam gulita” (HR. Muslim, Ahmad, dan At Tirmidzi).
Sahabat….
Jangan lupa… semua akan sampai pada satu hari yang dijanjikan. Logika hidup ini seperti seorang musafir, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Apa urusanku dengan dunia? sungguh perumpamaanku dengan dunia laksana seorang pengembara yang berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian berlalu dan meninggalkannya”(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Di kesempatan yang lain, beliau mengajari kita tentang bagaimana semestinya menyikapi dunia dengan segala keindahannya, Sahabat Ibnu Umar Radhiyallahu anhu menuturkan: “ Suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memegang pundakku dan berkata,
”Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara.”
Ibnu Umar berkata:
”Jika engkau berada di sore hari, maka jangan menunggu pagi tiba. Dan jika engkau berada di pagi hari, maka jangan menunggu sore tiba, pergunakan masa sehatmu untuk masa sakitmu, dan kehidupanmu untuk kematianmu.”(HR. Bukhari)
Ditengah padatnya rutinitas kerja, luangkan waktu sejenak untuk memahami lebih dalam tentang logika-logika kehidupan itu. Iya, tentang logika bahwa hidup tak ubahnya musafir yang hanya mampir untuk berteduh atau seperti sampan kecil yang sedang mengarungi samudra luas dan harus berbekal cukup.
Logika tentang mimpi manusia yang panjang serta ajal yang setiap saat mengintai, atau logika hidup tentang perjalanan yang beradu dengan godaan serta panggilan syaitan yang terus melambai di sepanjang perjalanan. Juga tentang logika bahwa hidup seperti waktu, siapa yang membunuh waktu maka berarti ia membunuh hidupnya. Dalam makna yang sederhana, ”Hanya orang yang menggunakan waktunya dengan baik, tepat dan benar yang akan menuai kebahagiaan di akhir langkah hidupnya."
Di atas logika-logika itulah hidup sebagian kita menjadi berarti atau mungkin berbalik tak ubahnya seperti mobil tua. Iya, mobil yang hanya memberi nilai pada sisi sejarah tanpa bisa mengantarkan penumpangnya pada cita-cita yang dituju. Itu tak boleh terjadi, sebab hidup hanya datang sekali, sesudah itu secepat pula ia akan pergi dan menghilang. Pagi datang dan segera disapu siang, sore memburu tiba-tiba dilipat malam. Gerak dan pilihan untuk terus maju dan memperbaharui diri adalah prinsip besar yang harus kita pilih sebelum semuanya terlambat.
Sahabat..
Bertolak dari semua logika itu, seharusnya kita menyadari “Bahwa kita terlahir untuk mengabdi kepada Allah . kitapun harus tahu, sedang di jalan apa berlalu dan ke arah mana menuju. Agar waktu kita tak berlalu begitu saja tanpa amal yang berarti. Hal ini seperti yang di gambarkan oleh sahabat yang mulia Amirul mu’minin Ali bin abi Thalib radhiyallahu anhu dalam ungkapannya,
”Sesungguhnya dunia telah pergi berlalu dan akhirat telah datang dihadapan, dan keduanya memiliki anak-anak . Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak anak dunia, karena hari ini (hari-hari dunia) adalah hari untuk beramal dan bukan (hari) perhitungan dan esok adalah (hari) perhitungan dan bukan (hari untuk) amal.”
Atau seperti gambaran Al Hasan Al Bashri tentang perjalanan manusia dalam ungkapannya yang masyhur,
“wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari-hari. Jika berlalu sebagian dari harimu ,maka berlalu pula sebagian dari dirimu”. “wahai anak Adam, sesungguhnya engkau berada diantara dua kendaraan yang siap mengantarkanmu. Siang mengantarkanmu pada malam dan malam pun mengantarkanmu pada siang. Selanjutnya keduanya akan mengantarkanmu pada akhirat, maka siapakah yang lebih besar marabahaya darimu wahai anak adam? Sungguh tali kematian telah diikatkan diatas ubun-ubun setiap kalian, sementara dunia dilipat dari belakang kalian.”
Ungkapan-ungkapan di atas semestinya terhujam dalam sanubari setiap muslim, agar waktunya disibukkan dengan kebajikan dalam rangka penghambaan yang tulus kepada Allah. Sebab seonggok daging yang bernama manusia itu tercipta untuk sebuah tugas mulia yaitu menjadi Hamba Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku” (QS: Adz Dzaariyat : 56).
”Dan sembahlah Tuhanmu, sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini (maut). (QS; Al Hijr : 99).
Menjadi seorang hamba dan bukan menjadi selainnya, hingga Allah mengakhiri semua cerita tentang kita.
“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku”(QS Al Fajr:27-30)
Sumber : myfitriblog.wordpress.com
The 23 Best Casinos in St. Louis County - Mapyro
BalasHapusThe Best 여수 출장샵 Casinos in St. Louis County · Casinos 구리 출장샵 near Missouri 상주 출장마사지 River · The Casino at Charles Town Races · 전주 출장마사지 Casinos near Mohegan Sun · 김포 출장마사지 Ameristar Casinos Near by