Langsung ke konten utama

Guru Dan Buku Tidak Siap, Itu Masalahnya

Kisruh soal K13 ternyata belum berakhir, sejumlah tanya masih tersisa dan butuh jawaban segera agar pelaksanaan pendidikan anak-anak bangsa dapat terus ditumbuh-kembangkan dengan lebih terarah sesuai cita-cita pendidikan nasional.


Entrah karena "kejahatan" media yang sengaja mengumbar persoalan menjadi besar, atau karena memang mendikbud yang "terlalu cepat" tanggap dengan sebuah Surat Edaran (bukan Surat Keputusan) atau justru karena ada kepentingan-kepentingan pihak tertentu, yang jelas issue ini telah menjadi trending topik yang dalam beberapa segment sempat menaikan andrenalin para pengamat dan praktisi pendidikan.

Foto : kuambil.com
Padahal sejatinya ada kesemaan pandang antara mereka semua bahwa yang paling mendasar dalam kemelut implementasi K13 adalah soal "ketidaksiapan" guru dan buku paket. Ketidaksiapan guru menurut mendikbud atau ada yang menyebutnya menbuddikdasmen (entah mana yang resmi), bukan hanya sekedar menghalangi penyelenggaran proses belajar-mengajar, tetapi lebih dari itu, banyak guru yang justru melimpahkan "ketidaktahuan"nya sebagai tugas kepada siswa.

“Tapi masalahnya, guru yang belum bisa justru membebankan tugas yang terdapat di buku kepada muridnya. Itu tentu memberatkan muridnya,” kata pak menteri seperti dikutip Republika On Line, Kamis (11/12). Sementara soal buku paket, Pak Anies menyatakan tidak menyetujui isinya karena bersifat terpusat dan "disegaramkan" secara nasional, itu tidak adil, katanya.

Kalau sejak awal (jum'at 5 Desember lalu) issue ini yang dikemukakan, pasti semua bisa memahami dan tidak akan menggulirkan bola panas. Tapi, yaitu... ada pihak yang menjadi tidak diuntungkan karena issuenya akan dianggap biasa dan berita menjadi dingin.

Soal kurikulum itu sendiri, dua minggu sebelum berita penghentian ini, Pak menteri telah menegaskan bahwa itu sedang dievaluasi oleh sebuah tim. "Tim itu terdiri dari mereka mereka yang mengerti kurikulum, baik dari dalam maupun luar kemerterian. Mereka perwakilan guru, guru SD, SMP, SMA. Kemudian mereka pakar ilmu kurikulum, kemudian dari segi manajemen pelaksanakannya," ujarnya saat menghadiri forum bertema kepemimpinan mahasiswa di kampus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Ahad (23/11).

Menurut Pak Anies, keberlanjutan Kurikulum 2013 selanjutnya didasarkan pada hasil penyimpulan tim evaluasi tersebut. Dia menambahkan, ada tiga kemungkinan keputusan atas K13, yakni dilanjutka dengan yang sekarang, dikoreksi atau ditunda. Dan keputusan tim tersebut akan menjadi penentu tingkat akhir nasib K13.

http://wasdikmad.blogspot.com/2014/12/guru-dan-buku-tidak-siap-itu-masalahnya.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kekeraasan Verbal dan Krisis Kesantunan

Di salah satu blog saya yang lain, saya pernah memposting sebuah artikel tentang Kekuatan Kata-Kata, bagaimana ia mampu merubah rasa empaty, membangkitkan semangat, menopang kekuatan diri, juga sebaliknya mampu menjadi mesin penghancur mimpi. Image : intisari-online.com Terkait dengan efek negatif Kekuatan Kata-Kata tersebut, kali ini sebuah artikel karya Rahmi Yulia, seorang Duta Bahasa Nasional sengaja saya pilihkan buat para reader untuk melihat betapa Kesantunan yang dulunya melekat sebagai jati diri bangsa Indonesia, kini tengah dilanda krisis yang hebat, ditandai dengan maraknya kekerasan verbal di area publik. OK, langsung aja di cekidot, check it out maksudnya :) I. PENDAHULUAN Sejak sekolah dasar, guru di Indonesia pada umumnya telah memberitahu bahwa bahasa menunjukkan bangsa. Slogan ini membutuhkan deksripsi dan narasi yang argumentatif. Bahasa pada ungkapan bahasa menunjukkan bangsa mengacu pada dua hal: pertama bahasa itu sendiri dengan seg...

Sekali Membentak Ribuan Sel Otak Anak Rusak

"Tahukan Anda di dalam setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga.” Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot, berkesimpulan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah. Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monit...

Penegasan mendikbud Soal UN 2015 (Tunggu Permen)

walaupun belum dinyatakan secara utuh dalam sebuah Peraturan Menteri , hasil kelulusan Ujian Nasional tahun 2015 dipastikan 100% ditentukan oleh masing-masing sekolah. Diharapkan sekolah berlaku jujur untuk kepentingan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Image : visiuniversal.blogspot.com "Pelaksanaannya (UN) tetap. Hasilnya saja yang ditentukan oleh pihak sekolah masing-masing," kata Anies pada acara Seminar Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 di Medan seperti dilansir dari Antara, Sabtu (10/1). Anies mengatakan, meski hasil kelulusan UN sudah dinyatakan ditentukan 100 persen oleh sekolah, detail lainnya seperti soal UN masih dibahas. "Sekarang ini yang sudah saya nyatakan adalah soal keputusan bahwa hasil kelulusan UN 100 persen akan ditentukan masing-masing pihak sekolah. Sedangkan detail lainnya, 10 hari lagi akan saya umumkan karena masih dalam tahap pembahasan," katanya. Menurut dia, soal kejujuran hasil UN perlu mendapat perhatian besar...