Di penghujung tahun 2014 ini, AirAsia menjadi trending topik media disamping isu ribut-ribut soal ucapan natal (ucapan selamat lahir 'tuhan') dan sejumlah musibah yang melanda kawasan nusantara. Sementara para ibu tenggelam dalam promo diskon di pusat-pusat perbelanjaan, yang lain banyak yang tengah berjuang di tengah kemacetan jalanan liburan.
![]() |
Foto : achilq.blogspot.com |
Meski bukan miliknya ummat Islam, pergantian tahun masehi di negeri ini tidak bisa lepas dari orang Indonesia yang beragama Islam. Pasalnya, dunia pendidikan yang digagas mendikbud sekuler sejak Era Ordebaru memang telah mengkondisikan bahwa bulan Desember sebagai bulan menghabiskan uang (sampai-sampai BI mengumumkan Uang Yang Diedarkan mencapai angka 566 T), yakni dengan menjadikan akhir tahun sebagai hari liburan sekolah.
Kondisi itu sepertinya betul-betul dimanfaatkan oleh banyak orang (termasuk kaum muslimin) untuk mengikuti kehendak Sang Perusak, yakni menghabiskan akhir tahun dengan liburan, pesta pora dan memborong habis sampah 'mall' sisa-sisa belanjaan kaum berduit.
Padahal, disaat para pengusaha dan ekonom tengah menghitung neraca Rugi-Laba, para politikus dan missionaris sedang menakar kesuksessan dan kegagalan, ada baiknya bila kita (orang islam) juga melakukan 'menimbang dan menakar', khususnya tentang Amal dan Dosa, Kebaikan dan Keburukan untuk 365 hari yang telah dilalui. Iya, melihat kembali masa lalu, tentunya bukan untuk terus tenggelam, tapi untuk bangkit dan menjadi manusia baru di sisa waktu yang masih tersedia.
Bergantinya siang dan malam, hari demi hari, musim demi musim, tahun demi tahun semestinya membuat kita sadar bahwa saat ini kita sedang berada dalam sebuah perjalanan. Sejak kita dilahirkan, sejak itulah pengembaran kita dimulai, lalu kita belajar untuk mengerti bahwa dunia hanyalah tempat singgah, dan setelah itu tak ada lagi kecuali dua pilihan, indahnya surga atau pedihnya neraka wal iyaadzu billah.
Muhasabah .. Mungkin itulah hal yang tepat untuk kita lakukan sebelum memasuki tahun baru 2015 ,[ 1436 H ] besok. Muhasabah berarti melihat kembali setiap lembaran hidup yang pernah kita lalui, apakah ada amal sholeh yang sudah kita persembahkan untuk terus kita tingkatkan ditahun yang akan datang, atau kekurangan-kekurangan yang kelak akan kita perbaiki disaat fajar esok menjelang.
Allah azza wa jalla berfirman:
يَا أَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖوَاتَّقُوااللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS: Al-Hasyr: 18)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Setiap hamba semestinya memiliki waktu-waktu tertentu dimana dia menyendiri di dalamnya dengan do’a, dzikir,shalat, tafakkur dan untuk melakukan muhasabah terhadap dirinya serta memperbaiki kondisi hatinya).”(Majmu’ul fataawa Jilid:10). Jauh sebelum Syaikhul Islam, Imam Al-Hasan Al-Basri pernah mengatakan: “Manusia akan senantiasa dlm kebaikan selama masih ada penasehat dalam hatinya, dan muhasabah selalu menjadi obsesinya”(Mawaa’idz Hasan Al-Basri).
Mungkin sahabat fillah bertanya, “kenapa harus muhasabah…?” itu karena banyak di antara kita yang tak peduli dengan perguliran waktu. Sebagian kita membiarkannya mengalir seperti air, tanpa target, tanpa rencana dan tanpa tujuan yang jelas. Padahal waktu terlalu mahal untuk dibiarkan mengalir seperti air.
Banyak diantara kita yang membiarkan waktu berlalu dengan produktivitas kebaikan yang rendah atau sia-sia, sementara orang lain telah jauh melangkah dengan berbagai macam amal sholeh. Padahal Rasulullah SAW telah mengingatkan bahwa :”Diantara ciri baiknya keislaman seseorang, ketika ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya”. (HR. Tirmidzi).
(Ibn Mas'ud Radiallahu 'anhu)
Komentar
Posting Komentar